Selasa, 25 Desember 2012

impian memetik bintang


Suatu hari di desa yang sangat subur hiduplah seorang petani dan anaknya yang sangat cantik jelita. Seorang petani yang tidak mampu itu hanya memiliki sebilik tanah yang merupakan sumber kehidupan setiap harinya. Rumahnya yang hanya berbentuk segi empat yang amat sangat kecil itu hanya cukup untuk merebahkan badan. Anaknya yang sangat cantik itu tidak mengeluh meskipun kehidupannya dan kehidupan bapaknya serba kekurangan, ia selalu bersyukur dan sangat dermawan meskipun apa yang diberikan kepada orang lain hanya sekadarnya.
Suatu ketika gadis yang cantik itu memilii keinginan untuk sekolah tapi mimpinya untuk sekolah seakan ia kubur dalam-dalam. Ia menyadari bahwa keadaan bapaknya tidak mungkin untuk menyekolahkannya, “buat makan setiap hari saja sudah amat kurang apalagi buat sekolah” (gumamnya dalam hati). Gadis yang cantik dan rajin ini selalu berusaha mmembantu dan membahagiakan bapaknya karena memang dari kecil hanya hidup bersama bapaknya.
          Pagi setelah bangun tidur dan sholat subuh ia memasak untuk sarapan bapaknya, setelah bapaknya pergi ke sawah ia harus membersihkan rumah, mencuci baju lalu kemudian ia akan menyusul bapaknya ke sawah dan mengerjakan apa yang bisa ia kerjakan. Selesai dari sawah ia akan membersihkan diri dan membaca buku apa saja yang ia punya, buku kusam yang diberikan tetangganya atau yang ia temukan di jalanan. setelah malam begitu larut, gadis itu tidur disamping bapaknya. mereka hanya memiliki satu dipan yang tidak begitu luas, cukuplah kalau hanya dua badan yang memenuhinya.
dalam tidurnya yang pulas gadis kecil itu bermimpi kalau ia bisa sekolah dan memiliki banyak teman, tanpa ia sadari dia telah berbicara dalam tidurnya yang kemudian bapaknya mengetahui kalau memang anaknya benar-benar ingin sekolah.
          suatu pagi bapaknya bertanya kepada gadis kecil tersebut, "nak, apakah kamu ingin sekolah?". tanya bapaknya dan si anak pun menjawab dengan polosnya, "ya pak, tapi kalu sekolah saya akan membayar pakai apa?, saya tidak punya uang untuk membayar sekolah". hati bapak tersebut menjadi teriris-iris mendengar jawaban anaknya kemudian bapaknya pergi ke tetangga dekat rumahnya.

bersambung,,,,,,,,,,,,



Tidak ada komentar:

Posting Komentar